Perperangan Konstantinopel
Kali ini saya akan memposting tentang Peperangan tetapi peperangan ini dialami oleh Islam dan memperoleh kemenangan setelah Berkali kali mencoba.. Mungkin anda sudah pada tahu apa yang di perebutkan. itu adalah Daerah Konstantinopel. Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia, kota yang
sekaligus benteng ini dibangun pada tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium
yaitu Constantine I. Konstaninopel memiliki posisi yang sangat penting
di mata dunia. Sejak didirikannya, pemerintahan Byzantium telah
menjadikannya sebagai ibukota pemerintahannya. Konstantinopel merupakan
salah satu kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu,
dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut
Marmara dan Tanduk Emas (Golden Horn) yang dijaga dengan rantai yang
sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke
dalamnya. Di samping itu, dari daratan juga dijaga dengan pagar-pagar
sangat kokoh yang terbentang dari laut Marmara sampai Tanduk Emas.
Memiliki satu menara dengan ketinggian 60 kaki, benteng-benteng tinggi
yang pagar bagian luarnya saja memiliki ketinggian 25 kaki, selain
tower-tower pemantau yang terpencar dan dipenuhi tentara pengawas. Dari
segi kekuatan militer, kota ini dianggap sebagai kota yang paling aman
dan terlindungi, karena di dalamnya ada pagar-pagar pengaman,
benteng-benteng yang kuat dan perlindungan secara alami. dengan
demikian, maka sangat sulit untuk bisa diserang apalagi ditaklukkan.
Kedudukan Konstantinopel yang strategis diillustrasikan oleh Napoleon
Bonaparte; ".....kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel
inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!".
Banyak serangan yang dilancarkan para Khalifah Islam dalam rangka
penaklukan konstantinopel dalam rentang waktu 800 tahun lamanya. Namun
semuanya mengalami kegagalan sampai penyerangan terakhir yang dilakukan
oleh Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih.
Usaha pertama untuk mengepung Konstantinopel dilakukan pada tahun 34 H /
654 M pada masa pemerintahan Usman bin Affan r.a. Dia mengirimkan
Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. dengan pasukan yang besar untuk mengepung
dan menaklukkannya. Tetapi mereka pulang dengan tangan hampa disebabkan
oleh kokohnya pertahanan Konstantinopel.
Pada masa Bani Umayah tercatat 2 serangan penting yang dilancarkan :
Pertama yang dilakukan pada masa Muawiyah bin Abu Sofyan r.a. Dalam
usaha penaklukan itu Abu Ayub Al-Anshari syahid, sebelum wafat Abu Ayyub
sempat berwasiat jika wafat ia meminta dimakamkan di titik terjauh yang
bisa dicapai oleh kaum muslim. Dan para sahabatnya berhasil menyelinap
dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di
wilayah Golden Horn.
Kedua adalah yang dilakukan pada masa Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik
tahun 98 H . Pada saat itu dia mengirimkan pasukan tentara sejumlah
20.000 orang dan sekitar seratus perahu untuk mengepung dan menaklukkan
Konstantinopel. Pengepungan Konstantinopel berlangsung berbulan-bulan
dengan pasukan yang dalam kondisi kritis karena keinginan kuat sang
Khalifah dalam menaklukkan Konstantinopel. Tetapi usaha itu belum juga
berhasil akibat suhu udara yang sangat dingin. Pasukan itu kemudian
ditarik mundur oleh Khalifah Umar bin Abdul Aziz setelah dirinya
menggantikan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik yang mangkat pada saat
tentara masih berada di medan pertempuran.
Di masa kekhalifahan Abbasiyah berlangsung serangan yang demikian
intensif ke Byzantium, namun demikian usaha ini belum sampai menyentuh
Konstantinopel walaupun serangan itu telah menimbulkan gejolak di dalam
negeri Byzantium, khususnya serangan yang dilakukan oleh Khalifah Harun
Ar-Rasyid pada tahun 190 H. Setelah itu upaya penaklukan Konstantinopel
dilanjutkan oleh Kesultanan Islam Seljuk di Asia Kecil diantaranya
adalah Sultan Alib Arsalan yang berhasil mengalahkan tentara Kaisar
Rumanos dari Romawi dengan pasukannya yang berjumlah kurang lebih
200.000 personil hanya dengan tentara Islam sejumlah 15.000 personil
dalam Perang Manzikart pada tahun 464 H/1070 M. Kemenangan Spektakuler
ini merupakan titik perubahan penting dalam sejarah Islam. Sebab
peristiwa ini telah melemahkan pengaruh Romawi di Asia Kecil yang tak
lain adalah wilayah-wilayah strategis kekaisaran Byzantium.
Saat kekhalifahan Abbasiyah yang beribukota di Baghdad dihancurkan oleh
serbuan pasukan Mongol, muncullah Utsman peletak dasar Kekhalifahan
Utsmaniyah. Dengan kekuasaan yang baru lahir dia telah berhasil menembus
Laut Marmara, dengan bala tentaranya dia berhasil membayangi dua kota
utama Byzantium kala itu yakni Azniq dan Burshah. Setelah beliau wafat,
Khalifah penggantinya Orkhan melanjutkan misi pendahulunya. Tahun 727
H/1327M Nicomedia sebuah kota yang berada di barat laut Asia kecil dekat
kota Konstantinopel berhasil ditaklukkan.
Sultan Orkhan sangat peduli untuk merealisasikan apa yang pernah
dikabarkan oleh Rasulullah SAW tentang akan ditaklukkannya
Konstantinopel. Dia telah melakukan langkah-langkah strategis untuk
melakukan pengepungan terhadap ibukota Byzantium dari sebelah barat dan
timur pada saat yang bersamaan, agar bisa merealisasikannya, dia
mengirim anaknya yang bernama Sulaiman untuk melintasi selat Dardanela
dan memerintahkannya agar menguasai beberapa wilayah di sebelah barat.
Tahun 758 H Sulaiman berhasil menyeberangi selat Dardanela pada malam
hari bersama pasukan kavaleri. Ketika sampai di tepi barat, mereka
berhasil mengambil alih beberapa kapal milik tentara Romawi yang sedang
berada ditempat itu, kemudian mereka membawa kapal–kapal itu ke tepi
timur, mengingat tentara Utsmaniyah belum memiliki armada laut sebab
kekuasaan mereka baru saja berdiri. Di tepi timur inilah, Sulaiman
memerintahkan pasukannya untuk menaiki kapal-kapal itu yang membawa
mereka ke pantai Eropa. Mereka lalu mampu menaklukkan benteng Tarnab,
dilanjutkan ke Ghalmabuli yang di dalamnya ada benteng Jana dan Apsala
serta Rodestu, semuanya berada di selat Dardanela yang berada diutara
dan selatan.
Dengan begitu Sultan Orkhan telah melakukan sebuah langkah penting dan
membuka jalan bagi pemimpin yang datang setelahnya untuk menaklukkan
Konstantinopel. Di Eropa, tentara Utsmaniyah melakukan penaklukan di
wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Byzantium. Pada tahun 762 H/1360 M,
Sultan Murad I mengusai Adrianopel ( Edirne ), sebuah kota yang sangat
strategis di Balkan dan dianggap sebagai kota kedua setelah
Konstantinopel oleh Byzantium. Dia menjadikan kota ini sebagai ibukota
pemerintahannya sejak tahun 768H1366M. Pada masa kepemimpinan Sultan
Bayazid I terjadi pengepungan Konstantinopel dengan pasukan yang
dipimpinnya sendiri hingga membuat Konstantinopel hampir menemui
keruntuhannya. Namun karena munculnya sebuah bahaya baru yaitu ekspansi
Timur Lenk dari Mongol yang mengancam pemerintahan Utsmaniyah akhirnya
Sultan Bayazid menarik mundur pengepungan tersebut.
Pada masa pemerintahan Sultan Murad II beberapa kali usaha penaklukkan
Kota Konstantinopel dilakukan. Bahkan di masanya pasukan Islam beberapa
kali mengepung kota ini. Adalah Sultan Muhammad II putera Sultan Murad
II yang melanjutkan penaklukkan Konstantinopel baik dari ayahnya maupun
pendahulunya. Dalam rangka penaklukan ini beliau berusaha untuk
memperkuat kekuatan militer Utsmaniyah dari segi kuantitas hingga
mencapai 250.000 personil. Selain membekali pasukan dengan kemampuan
tempur dia juga menanamkan semangat Jihad. Sultan selalu mengingatkan
mereka akan pujian Rasulullah SAW pada pasukan yang mampu membuka Kota
Konstantinopel. Beliau selalu berharap, tentara yang dimaksud Rasulullah
adalah tentaranya. Hal ini memberikan dorongan moral serta ruhiyyah
yang sangat kuat di benak pasukannya. Selain itu ia juga memperkuat
infrastruktur angkatan bersenjata dan modernisasi peralatan tempur,
dengan membangun benteng Romali Hisyar di wilayah selatan Eropa di selat
Bosphorus pada sebuah titik yang paling strategis yang berhadapan
dengan benteng yang pernah dibangun pendahulunya yaitu Sulthan Bayazid
di daratan Asia, beliau juga menyiapkan meriam-meriam yang berukuran
sangat besar dalam penaklukan kali ini.
Sebelum serangan dilancarkan, Sultan Muhammad II telah mengadakan
perjanjian dengan kerajaan yang berbatasan langsung dengan
Konstantinopel diantaranya ialah perjanjian yang dibuat dengan kerajaan
Galata yang bersebelahan dengan Byzantium. Ini merupakan strategi yang
penting supaya seluruh tenaga dapat difokuskan kepada musuh yang satu
tanpa ada ancaman lain yang tidak terduga.
Selain itu, dalam mempersiapkan penaklukan kota Konstantinopel, Sultan
Muhammad II juga memperkuat armada laut Utsmaniyah, mengingat
Konstantinopel adalah sebuah kota laut, yang tidak mungkin bisa dikepung
kecuali dengan menggunakan armada laut. Disebutkan bahwa kapal perang
yang telah dipersiapkan berjumlah 400 unit. Meriam-meriam besar telah
digerakkan dari Adrianopel menuju Konstantinopel dalam jangka waktu dua
bulan.
Keseriusan Sultan Muhammad II telah mendorong Kaisar Byzantium berusaha
mendapatkan pertolongan dari negara-negara Eropa. Dia memohon
pertolongan dari gereja Katholik Roma sedangkan pada saat itu semua
gereja di Konstantinopel beraliran Orthodoks. Demi mendapatkan bantuan
tersebut Constantine XI Paleologus, Kaisar Byzantium pada saat itu
setuju untuk menukar aliran di Konstantinopel demi menyatukan kedua
aliran yang saling bermusuhan itu. Perwakilan dari Eropa telah tiba di
konstantinopel untuk tujuan tersebut. Constantine XI Paleologus
berpidato di Gereja Aya Sophia menyatakan ketundukan Byzantium kepada
Katholik Roma. Hal ini telah menimbulkan kemarahan penduduk
Konstantinopel yang beraliran Orthodoks. Sehingga ada di antara pemimpin
Orthodoks berkata, "Sesungguhnya aku lebih rela melihat di bumi
Byzantium ini sorban orang Turki Muslim daripada aku melihat topi
Latin!" Situasi ini telah mencetuskan pemberontakan rakyat terhadap
keputusan Constantine XI yang dianggap telah berkhianat.
Akhirnya pasukan yang dipimpin langsung Sultan Muhammad II sampai
didekat Konstantinopel pada hari Kamis tanggal 26 Rabiul Awwal 857 H/6
April 1453 M. Bersama dengan Sultan adalah gurunya, Syaikh Aaq Syamsudin
beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha. Mereka
merencanakan penyerangan ke Konstantinopel dari berbagai penjuru kota
dengan berbekal 150.000 ribu pasukan, meriam dan 400 kapal perang.
Sultan Muhammad II mengirim surat kepada Constantine XI Paleologus untuk
masuk Islam, menyerahkan penguasaan kota secara damai atau memilih
perang. Constantine XI Paleologus bertahan untuk tetap mempertahankan
kota. Ia dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni
Giustiniani dari Genoa.
Kota dengan benteng tinggi 10-an meter tersebut memang sulit ditembus,
selain itu di sisi luar benteng dilindungi oleh parit-parit dalam. Dari
sebelah barat pasukan artileri harus membobol benteng setebal dua lapis
sedangkan dari arah selatan laut Marmara, armada laut Turki Utsmani
harus berhadapan dengan kapal perang Genoa pimpinan Giustiniani dan di
arah timur selat sempit tanduk emas sudah dilindungi dengan rantai besar
hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa melewatinya.
Constantine XI Paleologus telah melakukan negosiasi dengan berbagai
tawaran demi untuk menyelamatkan kedudukannya. Akan tetapi Sultan
Muhammad II menolak semua tawaran itu, justru sebaliknya beliau memberi
saran supaya Konstantinopel diserahkan kepada Daulah Utsmaniyah secara
damai. Sultan Muhammad II berjanji, jika Konstantinopel diserahkan
secara damai, tak ada seorang pun yang akan diapa-apakan bahkan tidak
ada gereja dan harta benda penduduk yang dimusnahkan.
Bagian dari isi ucapan beliau adalah, "... serahkan kekaisaranmu, kota
Konstantinopel. Aku bersumpah bahwa tentaraku tidak akan mengancam
nyawa, harta dan kehormatan mereka. Mereka yang ingin terus tinggal dan
hidup dengan aman sejahtera di Konstantinopel, bebas berbuat demikian.
Dan siapa yang ingin meninggalkan kota ini dengan aman sejahtera juga
dipersilakan".
Keesokan harinya, Sultan Muhammad II telah menyusun dan membagi
tentaranya menjadi tiga bagian. Pertama adalah gugus utama yang bertugas
mengepung benteng yang mengelilingi kota itu. Di belakang kumpulan
utama itu adalah tentara cadangan yang bertugas menyokong tentera utama.
Meriam telah diarahkan ke pintu Topkopi. Pasukan pengawal juga
diletakkan di beberapa kawasan strategis seperti kawasan-kawasan bukit
di sekitar Kota tersebut. Armada laut Utsmaniyah juga diletakkan di
sekitar perairan yang mengelilinginya. Akan tetapi kapal-kapal itu tidak
mampu memasuki perairan Tanduk Emas disebabkan rantai raksasa yang
menghalanginya.
Sejak hari pertama serangan, Tentara Byzantium telah dengan keras
berusaha menghalangi tentara Islam untuk merapat di pintu-pintu masuk
kota mereka. Tetapi serangan tentera Islam telah berhasil mematahkan
halangan itu, ditambah dengan serangan meriam dari berbagai sudut. Bunyi
meriam saja telah menimbulkan rasa takut yang amat sangat kepada
penduduk Konstantinopel sehingga menghilangkan semangat mereka untuk
melawan.
Armada laut Utsmaniyah telah mencoba beberapa kali untuk melepas rantai
besi di Tanduk Emas. Dan pada saat yang sama, mengarahkan serangan ke
kapal-kapal Byzantium dan Eropa yang tiba untuk menyerang. Namun usaha
ini tidak berhasil. Kegagalan armada Turki Utsmaniyah memberikan
semangat kepada tentara Byzantium untuk terus bertempur. Pada saat yang
sama para pendeta berjalan di lorong-lorong kota, mengingatkan penduduk
supaya banyak bersabar serta terus berdoa kepada Tuhan supaya
menyelamatkan Konstantinopel. Constantine XI Paleologus juga sering
bolak-balik ke Gereja Aya Sophia untuk tujuan yang sama.
Meskipun begitu, kepungan armada laut Sultan Muhammad II masih belum
berhasil menerobos masuk disebabkan oleh rantai besi yang melindungi
Tanduk Emas. Pada saat yang sama, para Mujahidin tetap terus melancarkan
serangan sehingga pada 18 April 1453 M, pasukan penyerang berhasil
meruntuhkan tembok konstantinopel di Lembah Lycos yang terletak di
sebelah barat kota namun dengan cepat tentara Byzantium berhasil
menumpuk reruntuhan sehingga benteng kembali tertutup.
Pada hari yang sama, beberapa buah kapal perang Utsmaniyah mencoba
melewati rantai besi di Tanduk Emas, tetapi gabungan armada laut
Byzantium dan Eropa berhasil menghalanginya bahkan banyak kapal perang
Utsmaniyah yang karam oleh serangan armada laut Eropa dan Byzantium.
Dua hari setelah serangan itu, terjadi sekali lagi perang laut antara
kedua belah pihak. Sultan Muhammad II sendiri mengawasi pertempuran dari
tepi pantai. Saat itu juga, Sultan menunggang kudanya hingga ke tepi
laut sambil berteriak dengan sekuat tenaga untuk memberikan semangat.
Kesungguhan Sultan Muhammad II berhasil menaikkan semangat tentaranya.
Namun, gabungan armada Eropa dan Byzantium berhasil mematahkan serangan
mujahidin walaupun mereka bersungguh-sungguh melancarkan serangan demi
serangan. Kegagalan tersebut menyebabkan Sultan mengganti Palta Oglu
dengan Hamzah Pasha.
Kegagalan serangan tersebut telah memberikan kekhawatiran kepada tentara
Utsmaniyah. Khalil Pasha yang merupakan wazir/perdana menteri ketika
itu mencoba membujuk Sultan supaya membatalkan serangan serta menerima
saja perjanjian penduduk Konstantinopel untuk tunduk kepada Daulah
Utsmaniyah tanpa menaklukannya. Saran itu ditolak mentah-mentah oleh
Sultan. Kini tinggal memikirkan cara supaya armada laut Turki Utsmani
bisa melewati Tanduk Emas.
Salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Tanduk Emas
yang sudah dirantai. Sampai akhirnya sebuah ide yang terdengar bodoh
dikemukakan namun akhirnya dilakukan. Ide tersebut adalah memindahkan
kapal-kapal perang yang berada di perairan selat bosphorus ditarik
melalui darat untuk menghindari rantai penghalang. Hanya dalam semalam
70-an kapal bisa memasuki wilayah perairan Tanduk Emas (Golden Horn)
melalui jalur darat yang memiliki perbukitan yang tinggi dan terjal.
Cara yang dipakai untuk memindahkan kapal-kapal tersebut adalah dengan
menggunakan 2 buah gelondongan kayu yang diapit menjadi satu sehingga
bagian bawah kapal yang lebih lancip bisa melewati celah antara
gelondongan, untuk mempermudahnya kayu-kayu diolesi minyak sehingga
licin. Susunan kayu-kayu itu membentuk jalur yang menghubungkan 2 laut
yang berbeda.
Pada Subuh pagi tanggal 22 April, penduduk kota yang lelap itu terbangun
dengan suara pekik takbir tentara Islam yang menggema di perairan
Tanduk Emas. Orang-orang di konstantinopel gempar, tak seorangpun yang
percaya atas apa yang telah terjadi. Tidak ada yang dapat membayangkan
bagaimana semua itu bisa terjadi hanya dalam semalam. Bahkan ada yang
menyangka bahwa tentara Utsmaniyah mendapat bantuan jin dan setan.
Yilmaz Oztuna di dalam bukunya Osmanli Tarihi menceritakan salah seorang ahli sejarah tentang Byzantium mengatakan:
“Kami tidak pernah melihat dan tidak pernah mendengar sebelumnya,
sesuatu yang sangat luar biasa seperti ini. Muhammad Al-Fatih telah
mengubah bumi menjadi lautan dan dia menyeberangkan kapal-kapalnya di
puncak-puncak gunung sebagai pengganti gelombang-gelombang lautan.
Sungguh kehebatannya jauh melebihi apa yang dilakukan oleh Alexander
yang Agung.”
Dengan posisi tentara Islam yang semakin kuat, Sultan Muhammad II
melancarkan serangan besar-besaran ke benteng terakhir Konstantinopel.
Tembakan meriam yang telah mengkaramkan sebuah kapal dagang di Tanduk
Emas, menyebabkan tentara Eropa yang lain lari ketakutan. Mereka telah
meninggalkan pertempuran melalui kota Galata. Semenjak keberhasilan
kapal mujahidin memasuki perairan Tanduk Emas, serangan dilancarkan
siang dan malam tanpa henti.
Takbir "Allahu Akbar, Allahu Akbar!" yang menggema di segala penjuru
Konstantinopel telah memberikan serangan psikologis kepada penduduk kota
itu. Semangat mereka terus luntur dengan ancaman demi ancaman dari
pekikan takbir mujahiddin. Ketika ribut yang belum juga reda, penduduk
Konstantinopel menyadari bahwa tentara Islam telah membuat terowongan
untuk masuk ke dalam pusat kota. Ketakutan melanda penduduk sehingga
mereka curiga dengan bunyi tapak kaki sendiri. Kalau-kalau tentara Turki
Utsmani "keluar" dari dalam bumi.
Sultan
Muhammad II yakin bahwa kemenangan semakin tiba, mendorong beliau untuk
terus berusaha agar Constantine XI Paleologus menyerah kalah tanpa
terus membiarkan kota itu musnah akibat gempuran meriam. Sekali lagi
Sultan mengirim utusan meminta Constantine XI Paleologus agar
menyerahkan Konstantinopel secara damai. Lalu Constantine XI Paleologus
berunding dengan para menterinya. Ada yang menyarankan supaya mereka
menyerah kalah dan ada pula yang ingin bertahan sampai akhir. Akhirnya
dia setuju dengan pandangan kedua kemudian mengirimkan balasan:
"...
syukur kepada Tuhan karena Sultan memberikan keamanan dan bersedia
menerima pembayaran jizyah. Akan tetapi Constantine bersumpah untuk
terus bertahan hingga akhir hayatnya demi takhta... atau mati dan
dikuburkan di kota ini!".
Pada 27 Mei 1453, Sultan Muhammad II bersama tentaranya meluruskan niat
dan membersihkan diri di hadapan Allah SWT. Mereka memperbanyak sholat,
doa dan zikir dengan harapan Allah SWT memudahkan kemenangan. Para ulama
juga memeriksa barisan tentara sambil memberi semangat kepada para
mujahidin. Mereka diingatkan tentang kelebihan jihad dan syahid serta
kemuliaan para syuhada terdahulu khususnya Abu Ayyub Al-Ansari r.a.
"...Sesungguhnya apabila Rasulullah SAW tiba di Madinah ketika
kemenangan hijrah, Baginda telah pergi ke rumah Abu Ayyub Al-Ansari.
Sesungguhnya Abu Ayyub pun telah datang (ke Konstantinopel) dan berada
di sini!" Kata-kata inilah yang membakar semangat tentara islam hingga
ke puncaknya.
Pada saat yang sama, penduduk Konstantinopel berdoa dirumah dan
gereja-gereja mereka dengan khidmat berharap Tuhan menolong mereka.
Tepat jam 1 pagi hari Selasa 20 Jumadil Ula 857 H / 29 Mei 1453 M,
serangan umum dilancarkan. Sebelum penyerangan umum Sultan Muhammad II
memberikan pidato kepada tentara Islam :
“... Jika penaklukan kota Konstantinopel berhasil, maka sabda Rasulullah
SAW telah menjadi kenyataan dan salah satu dari mukjizatnya telah
terbukti, maka kita akan mendapatkan bagian dari apa yang telah menjadi
janji dari hadits ini, yang berupa kemuliaan dan penghargaan. Oleh
karena itu, sampaikanlah pada para pasukan satu persatu, bahwa
kemenangan besar yang akan kita capai ini, akan menambah ketinggian dan
kemuliaan Islam. Untuk itu, wajib bagi setiap pasukan, menjadikan
syariat selalu didepan matanya dan jangan sampai ada diantara mereka
yang melanggar syariat yang mulia ini. Hendaknya mereka tidak mengusik
tempat-tempat peribadatan dan gereja-gereja. Hendaknya mereka jangan
mengganggu para pendeta dan orang-orang lemah tak berdaya yang tidak
ikut terjun dalam pertempuran.”
Sabda Rasulullah: "Bukan kamu yang akan menaklukan Konstantinopel,
tetapi anak dan cucu-mu lah yang akan mengalahkan Konstantinopel."
Diiringi hujan panah, tentara Turki Utsmani maju dalam tiga lapis
pasukan, irregular di lapis pertama, Anatolian Army di lapis kedua dan
terakhir pasukan khusus Janissari. Para mujahidin diperintahkan supaya
meninggikan suara takbir kalimah tauhid sambil menyerang kota. Penduduk
Konstantinopel telah berada di puncak ketakutan mereka pagi itu.
Mujahidin yang memang menginginkan mati syahid, begitu berani maju
menyerbu tentara Byzantium.
Tentara Islam akhirnya berhasil menembus kota Konstantinopel melalui
Pintu Edirne dan mereka telah berhasil mengibarkan bendera Daulah
Utsmaniyah di puncak kota. Constantine XI Paleologus yang melihat
kejadian itu melepas baju perang kerajaannya dan maju bertempur bersama
pasukannya hingga menjadi martir dan tak pernah ditemukan jasadnya.
Giustiniani sendiri melarikan diri meninggalkan kota dengan pasukan
Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak
melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan.
Berita kematian Kaisar Byzantium itu menaikkan lagi semangat tentara
Islam untuk terus menyerang. Namun sebaliknya, bagaikan pohon tercabut
akar, tentara Byzantium menjadi tercerai berai mendengar berita kematian
Rajanya.
Tepat pada hari Selasa tanggal 20 Jumadil Ula 857 H bertepatan tanggal
29 Mei 1453 M, Konstantinopel jatuh dan berhasil ditaklukan oleh para
mujahiddin. Sultan Muhammad II kemudian turun dari kudanya dan memberi
penghargaan pada pasukan dengan ucapannya: “Masya Allah, kalian telah
menjadi orang-orang yang mampu menaklukkan konstantinopel yang telah
Rasulullah kabarkan”, Setelah itu beliau sujud kepada Allah SWT di atas
tanah, sebagai ungkapan syukur dan pujian serta bentuk kerendahan diri
dihadapan-Nya.
Pada hari itu, mayoritas penduduk Konstantinopel bersembunyi di
gereja-gereja sekitar kota. Sultan Muhammad II berpesan kepada
tentaranya supaya berbuat baik kepada penduduk kota yang baru
ditaklukkannya. Beliau kemudian menuju ke Gereja Aya Sophia yang ketika
itu menjadi tempat perlindungan sejumlah besar penduduk kota. Ketakutan
jelas terbayang di wajah masing-masing penduduk ketika beliau
menghampiri pintu gereja. Salah seorang pendeta telah membuka pintu
gereja, dan Sultan meminta beliau supaya menenangkan penduduk.
Setelah itu, Sultan Muhammad II meminta supaya gereja berkenan ditukar
menjadi Masjid supaya Jumat pertama nanti bisa dipergunakan untuk sholat
Jumat. Sementara gereja-gereja lainnya tetap seperti biasa. Para
pekerja bertugas menanggalkan salib, patung dan menutupi gambar-gambar
untuk tujuan sholat. Pada hari Jumat itu, Sultan Muhammad II bersama
para muslimin telah mendirikan sholat Jumat di Masjid Aya Sophia.
Khutbah yang pertama di Aya Sophia itu disampaikan oleh Asy-Syeikh Ak
Semsettin. Nama Konstantinopel kemudian diganti menjadi "Islam
Bol/Islambul", yang berarti "Kota Islam" dan kemudian dijadikan sebagai
ibu kota ketiga Khilafah Usmaniyyah setelah Bursa dan Edirne .
Atas jasanya tersebut Sultan Muhammad II diberi gelar Al-Fatih
(penakluk), sehingga beliau sering dipanggil Sultan Muhammad Al-Fatih.
Pertempuran memperebutkan Konstantinopel berlangsung dari tanggal 6
April s/d 29 Mei 1453 M, atau memakan waktu hampir 2 bulan lamanya.
Sekian lah posting saya tentang peperangan Konstantinopel yang di menangkan oleh Islam.. Jika kita yakin dan selalu bersungguh maka akan bisa tercapai seperti Islam yang sudah berkali kali menggempur konstantinopel dan di masa Sultan Muhammad II berhasil menaklukkannya.