Battle of Chibi
Kali ini saya akan memposting masih seperti posting sebelumnya yaitu tentang Dynasty Warriors atau 3 Kerajaan.. Tapi kali ini saya akan membahas pertempuran yang saya suka, yaitu Pertempuran Chibi.. Yang mengisi pertempuran yaitu ketiga kerajaan, Wei,Wu,Shu.. Pertempuran ini dimulai oleh Cao Cao.
Setelah Cao Cao menghabisi Yuan Shao di kancah Perang Guan Du (baca
kisahnya di The Epoch Times edisi 189), ia berhasil mempersatukan
wilayah utara dan manjadi kekuatan terbesar di Tiongkok kala itu.
Pada bulan ke tujuh tahun 208, Cao Cao memimpin pasukannya bergerak ke
selatan dan berupaya menduduki Jing Zhou, dengan tujuan agar Sun Quan
(baca: suen chüen, kelak menjadi penguasa kerajaan Wu) yang kala itu
menguasai enam provinsi di wilayah bagian selatan sungai Yangtse, merasa
keder dan bersedia takluk kepadanya.
Pada saat itu, kekuatan Cao Cao hampir tak tergoyahkan, tampaknya
obsesi besarnya untuk mempersatukan seluruh wilayah Tiongkok bakal
menjadi kenyataan. Namun bagaimanapun manusia berusaha, takdir Sang
Pencipta-lah yang berlaku. Pasukan besar Cao Cao dengan kekuatan
150.000 prajurit ternyata berhasil dikalahkan sampai kocar-kacir, dan
terusir kembali ke kampung halaman mereka di utara, oleh gabungan
pasukan Sun Quan dan Liu Bei (baca: Liu Pei) yang hanya berjumlah
50.000 prajurit, di medan laga Chi Bi. Dan setelah Pertempuran Chi Bi
itu, negeri Tiongkok terbagi menjadi tiga, dengan demikian ramalan
Zhuge Liang (baca: chuke liang, penasehat andalan Liu Bei dalam
kemiliteran) telah menjadi kenyataan.
* Liu Bei Kalah Perang di Chang Ban Bo
Pada bulan ke-8 tahun 207, Liu Biao penguasa Jing Zhou, wafat karena
sakit. Liu Cong putera keduanya, dibujuk oleh Cai Mao (kerabat dari
istri Liu Biao) untuk mengangkat diri sebagai pengganti penguasa Jing
Zhou, namun Cai Mao lantaran takut terhadap pengaruh Cao Cao yang
semakin besar, maka ia memaksa Liu Cong menyerah kepada Cao Cao tanpa
berperang. Dan seiring menyerahnya Liu Cong, jatuhlah Jing Zhou ke
tangan Cao Cao. Liu Bei (sepupu Liu Biao yang kelak menjadi penguasa
kerajaan Shu) yang bertahan di kota Fan begitu mendengar kabar itu
langsung mundur dari kota Fan menuju Jiang Ling (kini daerah provinsi Hu
Bei Tengah-selatan).
Di Jiang Ling terdapat sejumlah besar bahan pangan dan persenjataan Liu
Biao, tentunya Cao Cao mengkhawatirkan logistik tersebut, apabila itu
dikuasai Liu Bei maka tentu akan semakin memperbesar kekuatannya. Maka
ia pun memimpin sendiri 5.000 pasukan elit kavaleri melakukan
pengejaran yang dapat menempuh jarak 300 Li (sekitar 150 km) dalam
sehari semalam. Kemudian di daerah Chang Ban (kini di daerah timur laut
Dang Yang – provinsi Hu Bei), Cao Cao berhasil mengalahkan Liu Bei dan
menduduki Jiang Ling, inilah perang di lereng Chang Ban yang terkenal.
Liu Bei terpaksa mundur bersama saudara angkatnya Zhang Fei dan
jenderal setianya Zhao Yun untuk kembali bergabung dengan Guan Yu,
saudara angkat lainnya, dan sang penasehat Zhuge Liang, lalu mereka
bertahan di Fan Kou.
Sesudah Liu Bei kalah perang, Zhuge Liang mengusulkan bersekutu dengan
Sun Quan yang menguasai Dong Wu (wilayah sebelah selatan sungai
Yangtse-hilir kini) untuk melawan Cao Cao. Ketika itu pejabat tinggi
dari pihak Dong Wu, Lu Su kebetulan juga mengusulkan bergabung dengan
kekuatan Liu Bei, itulah mengapa setelah Cao Cao menguasai Jing Zhou,
Sun Quan mengutus Lu Su berunding dengan Liu Bei, dan berharap kedua
pasukan dapat bersekutu melawan Cao Cao.
Selain Lu Su yang mendukung perang melawan Cao Cao, kala itu di
internal pihak Dong Wu juga terdapat suara pro-kontra yang keras.
Zhang Zhao birokrat bangsawan, sangat ketakutan jika pasukan mereka
kalah, maka kehidupan tentramnya akan terganggu, iapun mengusulkan agar
mereka menyerah saja kepada Cao Cao sedini mungkin, agar masih
memiliki "modal" untuk melakukan tawar menawar.
Sun Quan sendiri menjadi bimbang dan ragu. Di satu pihak ia tidak
terima 100.000 prajuritnya bakal di bawah perintah Cao Cao, di sisi
lain ia juga gentar terhadap kekuatan militer Cao Cao, dan khawatir
tidak sanggup menandinginya.
* Persekutuan Sun dan Liu Melawan Cao Cao
Pada saat Sun Quan dalam bimbang dan ragu, datanglah Zhuge Liang
menemui Sun Quan di Dong Wu. Agar Sun Quan lebih teguh dalam mengambil
keputusan melawan Cao Cao, maka ia menyiasiatinya dengan metode kejutan
rangsangan. Begitu melihat Sun Quan, ia langsung saja menasehati Sun
Quan agar menyerah kepada Cao Cao. Sun Quan balik bertanya kepada Zhuge
Liang: "Junjungan Anda, mengapa tidak menyerah?" Zhuge Liang menjawab:
"Majikan saya adalah ksatria zaman sekarang, bagaimana mungkin mau
menyerah kepada Cao Cao?" Sun Quan menganggap Zhuge Liang menghinanya,
dan ia pun langsung meninggalkan tamunya itu dan masuk ke dalam rumah,
dengan jengkel mengibaskan kedua lengan bajunya yang panjang itu.
Lu Su mengetahui Zhuge Liang sengaja memancing amarah Sun, iapun
bergegas mengejarnya sampai memasuki ruang dalam dan berkata kepada Sun
Quan: "Zhuge Liang memiliki jurus pamungkas terhadap Cao Cao, maka
sengaja melontarkan kata2 itu untuk merangsang Anda". Sun seketika
tercerahkan, dengan segera keluar dari ruang dalam, meminta maaf kepada
Zhuge Liang dan memohon petunjuk strategi jitu.
Maka Zhuge Liang membeberkan analisanya tentang situasi kala itu kepada
Sun Quan. Ia menggaris-bawahi meski Cao Cao unggul dalam jumlah
pasukan, namun kondisi perang yang berkepanjangan dan perjalanan yang
jauh, diumpamakan bagai busur yang segera kehilangan kelenturannya.
Pasukan Cao Cao yang berasal dari daerah utara, ditambah dengan suasana
hati masyarakat Jing Zhou yang baru saja ditaklukkan, maka tak ada
yang perlu ditakuti, asalkan Sun dan Liu bersatu-padu tanpa adanya
pengkhianatan, pasti bisa mengalahkan Cao Cao.
Usulan Zhuge Liang menggerakkan hati Sun Quan, maka dipanggillah Zhou
Yu, panglima pasukan air dari Po Yang (kini di daerah propinsi Jiang
Xi), untuk merembukkan strategi besar.
Zhou Yu mendukung usulan Zhuge Liang dan Lu Su, selain itu ia juga
menunjuk pasukan Cao Cao yang berasal dari Tionggoan (pusat kebudayaan
dan geografis Tiongkok) yang diisukan memiliki 800.000 prajurit, pada
kenyataannya hanya berjumlah tidak lebih dari 150.000 prajurit, ditambah
lagi kondisi mereka sudah sangat kelelahan. Sun Quan demi memperkuat
tekad persekutuannya dengan Liu dalam melawan Cao Cao, maka ia di tempat
pertemuan tersebut menghunus keluar pedangnya, dan menebas putus sudut
meja sambil berteriak: "Siapapun yang tidak menyetujui perang melawan
Cao Cao, nasibnya akan sama dengan meja ini." Alhasil Sun Quan
mengangkat Zhou Yu dan Cheng Pu sebagai panglima sayap kiri dan sayap
kanan, dilengkapi dengan 30.000 pasukan elit, menyusuri sungai hingga
Xia Kou untuk bergabung dengan pasukan Liu Bei yang berjumlah 20.000
orang lebih untuk bersatu melawan Cao Cao.
Pada bulan ke 10 tahun 208, pasukan gabungan Sun-Liu bergerak melawan
arus sungai Yangtse ke arah barat dan bertemu dengan pasukan Cao Cao
yang mengikuti arus di Chi Bi (Karang merah - selama ini terdapat
beberapa teori dan pada umumnya lokasi tersebut diperkirakan berada di
daerah barat laut Bu Yin propinsi Hu Bei kini, di pantai selatan sungai
Yangtse), kedua pasukan itu saling serang, pada awalnya pasukan Cao
Cao sempat terdesak, pasukan perintis mereka dikalahkan oleh tentara
sekutu dan mundur ke Wu Lin yang terletak di pantai utara sungai
Yangtse (kini di timur laut Hong Hu propinsi Hu Bei), kedua pihak
berkonfrontasi dari kedua sisi sungai.
* Cao Cao Kalah, Tiongkok Terbagi Tiga
Tak lama kemudian, pasukan Cao Cao terjangkiti wabah penyakit, mereka
yang berasal dari utara hanya mahir bertempur dari atas kuda. Sungai
yang berombak dan kehidupan serba goyang di atas kapal, membuat pasukan
Cao Cao tidur tak nyenyak makan tak selera; maka Cao Cao memerintahkan
ratusan kapal perang me-reka dihubungkan satu sama lain dengan rantai
besi yang pada ujungnya digembok untuk meredam ayunan ombak dan terpaan
angin, agar lebih stabil.
Huang Gai salah seorang jenderal Zhou Yu, setelah mengetahui Cao Cao
merangkai armada kapal mereka dengan rantai, maka mengusulkan siasat
serangan api untuk mengalahkan pasukan musuh. Usul tersebut sejalan
dengan pikiran Zhou Yu, maka dipilihlah "Menyerang dengan api, setelah
kalut dihantam."
Bagaimana caranya serangan api? Harus merapat mendekati armada lawan
baru dijamin berhasil, maka Zhou Yu merancang sebuah siasat dan
dirundingkan secara rahasia dengan Huang Gai yakni Huang Gai seolah
menyerah kepada Cao Cao. Agar Cao Cao percaya, Zhou Yu menggunakan
"Siasat penyiksaan badan", yakni memukuli Huang Gai sampai badannya
memar dan berdarah, kemudian Huang Gai mengirim surat tanda menyerah
kepada Cao Cao. Anekdot populer "Zhou Yu memukul Huang Gai, yang satu
rela memukul, yang lainnya rela dipukul" berasal dari kejadian
tersebut.
"Siasat Penyiksaan Badan" oleh Huang Gai ternyata ampuh. Cao Cao tidak
tahu kalau itu siasat belaka, hingga tiba hari pertemuan yang telah
disepakati, Huang Gai membawa 10 buah kapal bermuatan penuh terisi
rumput ilalang kering dan minyak, yang di bagian luarnya ditutupi
dengan kain dan dikibarkan bendara tanda menyerah, melaju mengikuti
arus angin ke arah armada Cao Cao. Bersamaan dengan itu Huang Gai
mempersiapkan kapal cepat yang digantung di bagian belakang "Kapal
kapitulasi", agar setelah membakar dapat dengan segera meloloskan diri.
Ketika jarak dengan armada Cao Cao semakin dekat, Huang Gai
memerintahkan setiap kapal untuk menyulut kapal masing-ma-sing.
Saat itu kebetulan sedang berhembus angin tenggara, armada Huang
mengikuti arah angin sehingga kapal meluncur "secepat angin". Lantaran
kapal-kapal perang yang saling terhubung dan terkunci serta saling
mengekang satu sama lain itu lamban dalam gerak maju atau mundur, hanya
mampu bergerak dengan kecepatan rendah, selain itu rantai dan gembok
juga tak dapat dilepas dengan cepat, dengan api yang semakin mengganas
di armada tersebut, dalam sekejap saja, armada Cao Cao menjadi lautan
api, bahkan ikut pula membakar markas yang berada di daratan. Para
prajurit dan kuda pasukan Cao Cao banyak yang mati tenggelam atau
terpanggang, dan Cao Cao mengalami kerugian yang amat berat.
Kemudian armada utama pasukan sekutu Sun-Liu pada kesempatan tersebut
menyeberangi sungai menerjang ke arah utara menyerbu pasukan Cao Cao
yang telah mengalami kekalahan besar. Pasukan Cao Cao yang tersisa,
menyusuri jalan setapak di propinsi Hu Bei dan mundur ke arah Jiang
Ling. Ditambah dengan wabah penyakit dan kelaparan, pasukan Cao Cao
mengalami kerugian separo. Cao Cao yang telah malang melintang di medan
tempur selama 20 tahun belum pernah mengalami kekalahan separah ini.
Pasca perang Chi Bi, Cao Cao mundur ke utara, tidak lagi memiliki
kekuatan invasi ke selatan. Liu Bei menempatkan tentaranya di Jing Zhou
dan di bawah rencana strategi Zhuge Liang, berturut-turut ia menduduki
empat provinsi, kemudian memperoleh pinjaman wilayah dari Sun Quan di
Nan Jun, dan ia menduduki sebagian besar provinsi Jing Zhou. Pada 211 –
214, Liu Bei mengalahkan Liu Zhang (putra Liu Biao) dan menduduki Yi
Zhou. Sun Quan masih terus mengontrol Jiang Dong (wilayah selatan hilir
sungai Yangtse), dengan demikian terwujudnya situasi tiga Negara telah
menjadi kenyataan.
Sekian lah posting saya tentang Pertempuran Chi bi atau Battle of Chibi. Dalam pertempuran banyak yang dapat kita ambil sebagai hikmah.. seperti kita tidak boleh sombong, sebelum berperang kita harus mempersiapkan dengan matang dan kita harus bisa memegang janji kita.
Dan Pertempuran ini juga dijadikan Film, yaitu Film Red Cliff