Showing posts with label Three Kingdoms. Show all posts
Showing posts with label Three Kingdoms. Show all posts

12 March 2015

3 Peracik Strategi Terbaik

 Image result for zhuge liang, Zhou Yu dan sima yi
 Kali ini saya akan memposting masih tentang Dynasty Warriors atau Three Kingdoms.. Tapi kali ini saya akan memposting tentang perbedaan dari 3 Tokoh dari berbeda Kerajaan yang Ahli dalam meracik strategi.. 
Mereka itu adalah Zhuge Liang dari Shu, Zhou Yu dari Wu dan Sima Yi dari Wei..
Yang paling terkenal disini jelas Zhuge Liang ya dan dari ketiga ahli militer diatas, kemampuan yang paling ditakuti jelas Zhuge Liang, dia berhasil mengalahkan 2 kerajaan lain hanya dengan siasat pikirannya yang sama sekali tidak bisa diprediksi.

Kalau diliat dr cerita sejarahnya, bisa diliat karakter Zhuge Liang itu santai, easy going, selalu ceria dan selalu banyak akal. Kecuali di masa2 tuanya dmana dia yg mengurusi semua urusan kerajaan Shu Han setelah Liu Bei meninggal, dan keturunannya, Liu Chan tidak cakap menjadi kaisar, maka Zhuge Lliang yg mengambil alih kendali. Ia stress dan sakit, sampai muntah darah dan akhirnya meninggal di saat hendak berperang.


Zhou Yu dari kerajaan Wu, menyimpan iri hati dan dendam terhadap Zhuge Liang, meski saat mereka sedang beraliansi dalam perang Chi Bi ( Red Cliff ). Sebenernya Zhou Yu sadar kalau Zhuge liang itu jauh lebih cerdik dari dia sendiri. Ia takut kalau2 kepintaran Zhuge Liang suatu hari akan digunakan untuk menjatuhkan kerajaan Wu, makanya ia selalu berusaha menjebak dan membunuh Zhuge Liang, tapi sekali lagi, bukan Zhuge Liang namanya kalau bisa ditebak. Akhirnya Zhou Yu meninggal dengan kalimat terakhirnya " di dunia ini sudah ada Zhou Yu, buat apa ada Zhuge Liang lg? "


Sima Yi dari kerajaan Cao Wei adalah ahli militer terhebat yang bahkan kemampuannya setara dalam menghadapi strategi militer Zhuge Liang. Berbeda dengan Zhou Yu yang walaupun cerdik namun emosian, sombong, dan amarahnya gampang tersulut, Sima Yi sabar, berpikir panjang, dan tidak mudah terhasut. Sima Yi sadar bahwa kemampuan Zhuge Liang yang sudah tua sebenarnya di atas dirinya sendiri. Walaupun Zhuge Liang dan Sima Yi berada dalam kelompok yang berlawanan, tapi Sima Yi sangat menghormati Zhuge Liang, ia mengakui bahwa Zhuge Liang adalah ahli militer terhebat yang dimiliki dinasti Han.
Saat Zhuge Liang meninggal, baru Sima Yi menghancurkan kerajaan Shu Han dengan mudah.

Sekian Posting singkat saya tentang Perbedaan dari Ketiga Orang ahli meracik strategi. Zhuge Liang (Shu) , Zhou Yu (Wu) Sima Yi (Wei). Dan anda dapat meniru salah satu dari 3 orang jenius ini atau Langsung 3 nya.. Tapi jangan lupa di filter juga ya ;)
Read More

Pertempuran Tiga Kerajaan di Chibi

Battle of Chibi

Image result for kisah pertempuran chi bi
Kali ini saya akan memposting masih seperti posting sebelumnya yaitu tentang Dynasty Warriors atau 3 Kerajaan.. Tapi kali ini saya akan membahas pertempuran yang saya suka, yaitu Pertempuran Chibi.. Yang mengisi pertempuran yaitu ketiga kerajaan, Wei,Wu,Shu.. Pertempuran ini dimulai oleh Cao Cao.
Setelah Cao Cao menghabisi Yuan Shao di kancah Perang Guan Du (baca kisahnya di The Epoch Times edisi 189), ia berhasil mempersatukan wilayah utara dan manjadi kekuatan terbesar di Tiongkok kala itu.

Pada bulan ke tujuh tahun 208, Cao Cao memimpin pasukannya bergerak ke selatan dan berupaya menduduki Jing Zhou, dengan tujuan agar Sun Quan (baca: suen chüen, kelak menjadi penguasa kerajaan Wu) yang kala itu menguasai enam provinsi di wilayah bagian selatan sungai Yangtse, merasa keder dan bersedia takluk kepadanya.

Pada saat itu, kekuatan Cao Cao hampir tak tergoyahkan, tampaknya obsesi besarnya untuk mempersatukan seluruh wilayah Tiongkok bakal menjadi kenyataan. Namun bagaimanapun manusia berusaha, takdir Sang Pencipta-lah yang berlaku. Pasukan besar Cao Cao dengan kekuatan 150.000 prajurit ternyata berhasil dikalahkan sampai kocar-kacir, dan terusir kembali ke kampung halaman mereka di utara, oleh gabungan pasukan Sun Quan dan Liu Bei (baca: Liu Pei) yang hanya berjumlah 50.000 prajurit, di medan laga Chi Bi. Dan setelah Pertempuran Chi Bi itu, negeri Tiongkok terbagi menjadi tiga, dengan demikian ramalan Zhuge Liang (baca: chuke liang, penasehat andalan Liu Bei dalam kemiliteran) telah menjadi kenyataan.

* Liu Bei Kalah Perang di Chang Ban Bo

Pada bulan ke-8 tahun 207, Liu Biao penguasa Jing Zhou, wafat karena sakit. Liu Cong putera keduanya, dibujuk oleh Cai Mao (kerabat dari istri Liu Biao) untuk mengangkat diri sebagai pengganti penguasa Jing Zhou, namun Cai Mao lantaran takut terhadap pengaruh Cao Cao yang semakin besar, maka ia memaksa Liu Cong menyerah kepada Cao Cao tanpa berperang. Dan seiring menyerahnya Liu Cong, jatuhlah Jing Zhou ke tangan Cao Cao. Liu Bei (sepupu Liu Biao yang kelak menjadi penguasa kerajaan Shu) yang bertahan di kota Fan begitu mendengar kabar itu langsung mundur dari kota Fan menuju Jiang Ling (kini daerah provinsi Hu Bei Tengah-selatan).

Di Jiang Ling terdapat sejumlah besar bahan pangan dan persenjataan Liu Biao, tentunya Cao Cao mengkhawatirkan logistik tersebut, apabila itu dikuasai Liu Bei maka tentu akan semakin memperbesar kekuatannya. Maka ia pun memimpin sendiri 5.000 pasukan elit kavaleri melakukan pengejaran yang dapat menempuh jarak 300 Li (sekitar 150 km) dalam sehari semalam. Kemudian di daerah Chang Ban (kini di daerah timur laut Dang Yang – provinsi Hu Bei), Cao Cao berhasil mengalahkan Liu Bei dan menduduki Jiang Ling, inilah perang di lereng Chang Ban yang terkenal. Liu Bei terpaksa mundur bersama saudara angkatnya Zhang Fei dan jenderal setianya Zhao Yun untuk kembali bergabung dengan Guan Yu, saudara angkat lainnya, dan sang penasehat Zhuge Liang, lalu mereka bertahan di Fan Kou.

Sesudah Liu Bei kalah perang, Zhuge Liang mengusulkan bersekutu dengan Sun Quan yang menguasai Dong Wu (wilayah sebelah selatan sungai Yangtse-hilir kini) untuk melawan Cao Cao. Ketika itu pejabat tinggi dari pihak Dong Wu, Lu Su kebetulan juga mengusulkan bergabung dengan kekuatan Liu Bei, itulah mengapa setelah Cao Cao menguasai Jing Zhou, Sun Quan mengutus Lu Su berunding dengan Liu Bei, dan berharap kedua pasukan dapat bersekutu melawan Cao Cao.

Selain Lu Su yang mendukung perang melawan Cao Cao, kala itu di internal pihak Dong Wu juga terdapat suara pro-kontra yang keras.  Zhang Zhao birokrat bangsawan, sangat ketakutan jika pasukan mereka kalah, maka kehidupan tentramnya akan terganggu, iapun mengusulkan agar mereka menyerah saja kepada Cao Cao sedini mungkin, agar masih memiliki "modal" untuk melakukan tawar menawar.

Sun Quan sendiri menjadi bimbang dan ragu. Di satu pihak ia tidak terima 100.000 prajuritnya bakal di bawah perintah Cao Cao, di sisi lain ia juga gentar terhadap kekuatan militer Cao Cao, dan khawatir tidak sanggup menandinginya.

* Persekutuan Sun dan Liu Melawan Cao Cao


Pada saat Sun Quan dalam bimbang dan ragu, datanglah Zhuge Liang menemui Sun Quan di Dong Wu. Agar Sun Quan lebih teguh dalam mengambil keputusan melawan Cao Cao, maka ia menyiasiatinya dengan metode kejutan rangsangan. Begitu melihat Sun Quan, ia langsung saja menasehati Sun Quan agar menyerah kepada Cao Cao. Sun Quan balik bertanya kepada Zhuge Liang: "Junjungan Anda, mengapa tidak menyerah?" Zhuge Liang menjawab: "Majikan saya adalah ksatria zaman sekarang, bagaimana mungkin mau menyerah kepada Cao Cao?" Sun Quan menganggap Zhuge Liang menghinanya, dan ia pun langsung meninggalkan tamunya itu dan masuk ke dalam rumah, dengan jengkel mengibaskan kedua lengan bajunya yang panjang itu.

Lu Su mengetahui Zhuge Liang sengaja memancing amarah Sun, iapun bergegas mengejarnya sampai memasuki ruang dalam dan berkata kepada Sun Quan: "Zhuge Liang memiliki jurus pamungkas terhadap Cao Cao, maka sengaja melontarkan kata2 itu untuk merangsang Anda". Sun seketika tercerahkan, dengan segera keluar dari ruang dalam, meminta maaf kepada Zhuge Liang dan memohon petunjuk strategi jitu.

Maka Zhuge Liang membeberkan analisanya tentang situasi kala itu kepada Sun Quan. Ia menggaris-bawahi meski Cao Cao unggul dalam jumlah pasukan, namun kondisi perang yang berkepanjangan dan perjalanan yang jauh, diumpamakan bagai busur yang segera kehilangan kelenturannya. Pasukan Cao Cao yang berasal dari daerah utara, ditambah dengan suasana hati masyarakat Jing Zhou yang baru saja ditaklukkan, maka tak ada yang perlu ditakuti, asalkan Sun dan Liu bersatu-padu tanpa adanya pengkhianatan, pasti bisa mengalahkan Cao Cao.

Usulan Zhuge Liang menggerakkan hati Sun Quan, maka dipanggillah Zhou Yu, panglima pasukan air dari Po Yang (kini di daerah propinsi Jiang Xi), untuk merembukkan strategi besar.

Zhou Yu mendukung usulan Zhuge Liang dan Lu Su, selain itu ia juga menunjuk pasukan Cao Cao yang berasal dari Tionggoan (pusat kebudayaan dan geografis Tiongkok) yang diisukan memiliki 800.000 prajurit, pada kenyataannya hanya berjumlah tidak lebih dari 150.000 prajurit, ditambah lagi kondisi mereka sudah sangat kelelahan. Sun Quan demi memperkuat tekad persekutuannya dengan Liu dalam melawan Cao Cao, maka ia di tempat pertemuan tersebut menghunus keluar pedangnya, dan menebas putus sudut meja sambil berteriak: "Siapapun yang tidak menyetujui perang melawan Cao Cao, nasibnya akan sama dengan meja ini." Alhasil Sun Quan mengangkat Zhou Yu dan Cheng Pu sebagai panglima sayap kiri dan sayap kanan, dilengkapi dengan 30.000 pasukan elit, menyusuri sungai hingga Xia Kou untuk bergabung dengan pasukan Liu Bei yang berjumlah 20.000 orang lebih untuk bersatu melawan Cao Cao.

Pada bulan ke 10 tahun 208, pasukan gabungan Sun-Liu bergerak melawan arus sungai Yangtse ke arah barat dan bertemu dengan pasukan Cao Cao yang mengikuti arus di Chi Bi (Karang merah - selama ini terdapat beberapa teori dan pada umumnya lokasi tersebut diperkirakan berada di daerah barat laut Bu Yin propinsi Hu Bei kini, di pantai selatan sungai Yangtse), kedua pasukan itu saling serang, pada awalnya pasukan Cao Cao sempat terdesak, pasukan perintis mereka dikalahkan oleh tentara sekutu dan mundur ke Wu Lin yang terletak di pantai utara sungai Yangtse (kini di timur laut Hong Hu propinsi Hu Bei), kedua pihak berkonfrontasi dari kedua sisi sungai.

* Cao Cao Kalah, Tiongkok Terbagi Tiga

Tak lama kemudian, pasukan Cao Cao terjangkiti wabah penyakit, mereka yang berasal dari utara hanya mahir bertempur dari atas kuda. Sungai yang berombak dan kehidupan serba goyang di atas kapal, membuat pasukan Cao Cao tidur tak nyenyak makan tak selera; maka Cao Cao memerintahkan ratusan kapal perang me-reka dihubungkan satu sama lain dengan rantai besi yang pada ujungnya digembok untuk meredam ayunan ombak dan terpaan angin, agar lebih stabil.

Huang Gai salah seorang jenderal Zhou Yu, setelah mengetahui Cao Cao merangkai armada kapal mereka dengan rantai, maka mengusulkan siasat serangan api untuk mengalahkan pasukan musuh. Usul tersebut sejalan dengan pikiran Zhou Yu, maka dipilihlah "Menyerang dengan api, setelah kalut dihantam."

Bagaimana caranya serangan api? Harus merapat mendekati armada lawan baru dijamin berhasil, maka Zhou Yu merancang sebuah siasat dan dirundingkan secara rahasia dengan Huang Gai yakni Huang Gai seolah menyerah kepada Cao Cao. Agar Cao Cao percaya, Zhou Yu menggunakan "Siasat penyiksaan badan", yakni memukuli Huang Gai sampai badannya memar dan berdarah, kemudian Huang Gai mengirim surat tanda menyerah kepada Cao Cao. Anekdot populer "Zhou Yu memukul Huang Gai, yang satu rela memukul, yang lainnya rela dipukul" berasal dari kejadian tersebut.

"Siasat Penyiksaan Badan" oleh Huang Gai ternyata ampuh. Cao Cao tidak tahu kalau itu siasat belaka, hingga tiba hari pertemuan yang telah disepakati, Huang Gai membawa 10 buah kapal bermuatan penuh terisi rumput ilalang kering dan minyak, yang di bagian luarnya ditutupi dengan kain dan dikibarkan bendara tanda menyerah, melaju mengikuti arus angin ke arah armada Cao Cao. Bersamaan dengan itu Huang Gai mempersiapkan kapal cepat yang digantung di bagian belakang "Kapal kapitulasi", agar setelah membakar dapat dengan segera meloloskan diri. Ketika jarak dengan armada Cao Cao semakin dekat, Huang Gai memerintahkan setiap kapal untuk menyulut kapal masing-ma-sing.

Saat itu kebetulan sedang berhembus angin tenggara, armada Huang mengikuti arah angin sehingga kapal meluncur "secepat angin". Lantaran kapal-kapal perang yang saling terhubung dan terkunci serta saling mengekang satu sama lain itu lamban dalam gerak maju atau mundur, hanya mampu bergerak dengan kecepatan rendah, selain itu rantai dan gembok juga tak dapat dilepas dengan cepat, dengan api yang semakin mengganas di armada tersebut, dalam sekejap saja, armada Cao Cao menjadi lautan api, bahkan ikut pula membakar markas yang berada di daratan. Para prajurit dan kuda pasukan Cao Cao banyak yang mati tenggelam atau terpanggang, dan Cao Cao mengalami kerugian yang amat berat.

Kemudian armada utama pasukan sekutu Sun-Liu pada kesempatan tersebut menyeberangi sungai menerjang ke arah utara menyerbu pasukan Cao Cao yang telah mengalami kekalahan besar. Pasukan Cao Cao yang tersisa, menyusuri jalan setapak di propinsi Hu Bei dan mundur ke arah Jiang Ling. Ditambah dengan wabah penyakit dan kelaparan, pasukan Cao Cao mengalami kerugian separo. Cao Cao yang telah malang melintang di medan tempur selama 20 tahun belum pernah mengalami kekalahan separah ini.

Pasca perang Chi Bi, Cao Cao mundur ke utara, tidak lagi memiliki kekuatan invasi ke selatan. Liu Bei menempatkan tentaranya di Jing Zhou dan di bawah rencana strategi Zhuge Liang, berturut-turut ia menduduki empat provinsi, kemudian memperoleh pinjaman wilayah dari Sun Quan di Nan Jun, dan ia menduduki sebagian besar provinsi Jing Zhou. Pada 211 – 214, Liu Bei mengalahkan Liu Zhang (putra Liu Biao) dan menduduki Yi Zhou. Sun Quan masih terus mengontrol Jiang Dong (wilayah selatan hilir sungai Yangtse), dengan demikian terwujudnya situasi tiga Negara telah menjadi kenyataan.

Sekian lah posting saya tentang Pertempuran Chi bi atau Battle of Chibi. Dalam pertempuran banyak yang dapat kita ambil sebagai hikmah.. seperti kita tidak boleh sombong, sebelum berperang kita harus mempersiapkan dengan matang dan kita harus bisa memegang janji kita.
 Dan Pertempuran ini juga dijadikan Film, yaitu Film Red Cliff

Image result for kisah pertempuran chi bi
Read More
 Zhuge Liang

Image result for zhuge liang


Kali ini saya akan memposting Tidak jauh dari posting saya sebelumnya ini, yaitu tentang Dynasty Warriors atau tiga kingdom.. Tetapi yang akan saya bahas adalah tentang tokoh favorit saya.. Tokoh yang hebat dalam meracik strategi dan Ahli menentukan alam.. Dia adalah Zhuge Liang. Perdana Menteri kerajaan Shu.
    Zhuge Liang dilahirkan di Yangdu, Langya Commandery (sekarang Yinan County, Shandong). Dia menjadi yatim piatu pada usia dini, dan dibesarkan oleh pamannya, Zhuge Xuan Dia mengikuti pamannya tinggal di Jing Propinsi bawah Liu Biao kemudian. Setelah pamannya meninggal, Zhuge Liang dan saudara-saudaranya menetap di Wolonggang (di masa kini-hari Henan) untuk sepuluh tahun mendatang atau lebih, hidup sederhana - pertanian di siang hari dan belajar di malam. dua kakak perempuan Zhuge Liang menikah dengan anggota klan yang berpengaruh dengan koneksi yang kuat di wilayah tersebut.

Zhuge Liang menikmati membaca Liangfu Yin (梁 父 吟), sebuah lagu rakyat yang populer di Shandong, tempat kelahirannya. Dia juga suka membandingkan dirinya untuk Guan Zhong dan Yue Yi, dua tokoh-tokoh sejarah terkenal. Ia mengembangkan persahabatan yang erat dengan anggota sastrawan lokal, seperti Xu Shu, Cui Zhouping, Meng Jian dan Shi Tao. Zhuge Liang juga mempertahankan hubungan dekat dengan para intelektual terkenal lainnya, seperti Sima Hui, Pang Degong dan Huang Chengyan. Huang Chengyan pernah berkata kepada Zhuge Liang, "Saya mendengar bahwa Anda sedang mencari pasangan, aku mempunyai seorang putri yang tidak cantik dengan wajah kuning dan kulit gelap, tapi bakatnya setara denganmu.." Zhuge Liang setuju dan menikahi putri Huang Chengyan.

Menjadi pegawai Liu Bei:


Pada saat itu, Liu Bei tinggal di Xin Ye saat dia berlindung di bawah Gubernur Provinsi Jing, Liu Biao. Liu Bei mengunjungi Sima Hui, yang mengatakan kepadanya, "Akademis Konghucu dan cendekiawan umum, berapa banyak yang mereka ketahui tentang urusan saat ini? Mereka yang menganalisis urusan saat ini dengan baik adalah Crouching Dragon dan Young Phoenix." Xu Shu juga merekomendasikan Zhuge Liang kepada Liu Bei, dan Liu ingin meminta Xu untuk mengundang Zhuge untuk bertemu dengannya. Namun, Xu Shu menjawab, "Anda harus mengunjungi orang ini secara pribadi. Ia tidak dapat diundang untuk bertemu Anda." Liu Bei berhasil merekrut Zhuge Liang di 207 setelah melakukan tiga kunjungan pribadi. Zhuge Liang menyajikan rencana Longzhong (Tiga kerajaan) kepada Liu Bei dan keluar dari kediamannya untuk mengikuti Liu. Setelah itu, Liu Bei menjadi sangat dekat dengan Zhuge Liang dan sering melakukan diskusi dengan dia. Guan Yu dan Zhang Fei tidak puas dan mengeluh. Liu Bei menjelaskan, "Sekarang aku sudah memiliki Kongming (nama style Zhuge Liang), itu hanya seperti ikan masuk ke air yang saya harap kalian berdua berhenti membuat pernyataan yang tidak menyenangkan.." Guan Yu dan Zhang Fei kemudian berhenti mengeluh.

Sebagai seorang Utusan:

Pada 208, Liu Biao meninggal dan digantikan oleh putranya yang paling kecil, Liu Cong, yang menyerahkan propinsi Jing kepada Cao Cao. Ketika Liu Bei mendengar Liu Cong menyerah, ia memimpin para pengikutnya (baik tentara dan warga sipil) pada sebuah eksodus selatan menuju Xiakou, bertemu dengan pasukan Cao Cao dalam pertempuran singkat pada Pertempuran Changban. Sementara di Xiakou, Liu Bei mengirim Zhuge Liang untuk mengikuti Lu Su untuk Jiangdong untuk membahas pembentukan aliansi antara dia dan Sun Quan.

Zhuge Liang bertemu dengan Sun Quan dalam Chaisang dan mengusulkan dua solusi untuk Sun, "Jika Anda dapat menggunakan kekuatan Wuyue untuk melawan Kerajaan Tengah, mengapa tidak memutuskan hubungan (dengan Cao Cao) terlebih dahulu? Jika Anda tidak dapat menentang, mengapa tidak demobilisasi tentara, membuang persenjataan dan menyerah ke utara?" Setelah penasihat Sun Quan, Zhou Yu, menganalisis situasi dan menunjukkan kelemahan dalam tentara Cao Cao, Sun akhirnya sepakat untuk bersekutu dengan Liu Bei dalam melawan Cao. Zhuge Liang kembali ke perkemahan Liu Bei dengan utusan Sun Quan, Lu Su, untuk membuat persiapan untuk perang mendatang.

Sebagai Petugas Logistik

Pada akhir 208, tentara sekutu Liu Bei dan Sun Quan memperoleh kemenangan atas pasukan Cao Cao pada Pertempuran Red Cliffs. Cao Cao mundur ke Ye, sementara Liu Bei melanjutkan untuk menaklukkan wilayah di Jiangnan, yang meliputi sebagian besar selatan Jing Propinsi. Zhuge Liang diangkat "Military Advisor General of the Household" (军师 中郎将). Dia ditugaskan mengatur Lingling (sekarang Yongzhou, Hunan), Guiyang dan markas Changsha dan mengumpulkan pajak untuk mendanai militer.

Pada 211, Liu Zhang, gubernur Provinsi Yi (sekarang meliputi Sichuan basin), meminta bantuan dari Liu Bei menyerang Zhang Lu dari Hanzhong. Liu Bei meninggalkan Zhuge Liang, Guan Yu, Zhang Fei dan lain-lain yang bertanggung jawab dari Jing Propinsi sementara dia memimpin pasukan ke Sichuan. Liu Bei segera menyetujui usulan Liu Zhang, namun diam-diam merencanakan untuk pengambilalihan tanah Liu Zhang. Tahun berikutnya, Liu Zhang mengetahui niat Liu Bei, dan keduanya berbalik bermusuhan dan mengobarkan perang satu sama lain. Zhuge Liang, Zhang Fei dan Zhao Yun memimpin pasukan terpisah untuk memperkuat Liu Bei dalam serangan terhadap ibukota Liu Zhang, Chengdu, sedangkan Guan Yu tetap tinggal untuk menjaga Jing Propinsi. Pada 214, Liu Zhang menyerah dan Liu Bei menguasai Yi Propinsi.

Liu Bei mengangkat Zhuge Liang menjadi "Penasehat Militer" (军师 将军) dan membiarkan dia mengurus urusan kantor pribadinya (office of the General of the Left (左 将军)). Setiap kali Liu Bei memulai kampanye militer, Zhuge Liang tetap tinggal untuk menjaga Chengdu dan menjamin aliran pasokan pasukan dan ketentuan. Pada 221, dalam menanggapi perebutan tahta Kaisar Xian oleh Cao Pi, bawahan Liu Bei menasehatinya untuk menyatakan dirinya kaisar. Setelah awalnya menolak, Liu Bei akhirnya dibujuk oleh Zhuge Liang untuk melakukannya dan menjadi penguasa Shu Han. Liu Bei mengangkat Zhuge Liang sebagai Perdana Menteri dan memberikan kepadanya tanggung jawab dari lembaga kekaisaran dimana Zhuge menjalankan fungsi sebagai Imperial Secretariat. Zhuge Liang diangkat "Director of Retainers" (司隶 校尉) setelah kematian Zhang Fei.

Menjadi Penasihat Liu Shan:

Pada musim semi tahun 222, Liu Bei mundur ke Yong'an (sekarang Fengjie County, Chongqing) setelah kekalahannya pada Pertempuran Xiaoting dan menjadi sakit parah. Dia memanggil Zhuge Liang dari Chengdu dan berkata kepadanya, "Kau sepuluh kali lebih berbakat dari Cao Pi, mampu dengan baik mengamankan negara dan menyelesaikan misi besar kita Kalau anak saya bisa dibantu, bantulah dia.. Jika ia terbukti tidak kompeten , maka Anda dapat mengambil alih takhta." Zhuge Liang menjawab sambil menangis," Saya akan melakukan yang terbaik dan melayani dengan kesetiaan tak tergoyahkan sampai mati. " Liu Bei kemudian memerintahkan putranya, Liu Shan, untuk mengatur negara urusan bersama-sama dengan Zhuge Liang dan menganggap Zhuge seperti ayahnya.

As a regent

Setelah kematian Liu Bei, Liu Shan naik ke tahta Shu Han. Dia memberikan Zhuge Liang pangkat sebagai "Marquis Wu" (武 乡侯) dan menciptakan sebuah kantor untuknya. Tidak lama kemudian, Zhuge Liang ditunjuk sebagai Gubernur Provinsi Yi dan bertanggung jawab atas semua urusan negara. Pada saat yang sama, beberapa kota di Nanzhong memberontak melawan Shu, namun Zhuge Liang tidak mengirim pasukan untuk menekan pemberontakan karena kematian Liu Bei baru saja terjadi. Dia mengirim Deng Zhi dan Chen Zhen untuk membuat perdamaian dengan Wu dan kembali memasuki aliansi dengan Wu. Zhuge Liang secara konsisten akan mengirimkan utusan ke Wu untuk meningkatkan hubungan diplomatik antara kedua negara.

Ekspedisi ke Selatan

Selama pemerintahannya sebagai regent, Zhuge Liang menetapkan tujuan Shu untuk merestorasi Dinasti Han, yang dari sudut pandang Shu, telah dirampas oleh Cao Wei. Dia merasa bahwa dalam rangka untuk menyerang Wei, suatu penyatuan lengkap Shu pertama yang dibutuhkan. Zhuge Liang khawatir bahwa suku lokal akan bekerja dengan suku-suku Nanman di Nanzhong ke tahap revolusi. Khawatir kemungkinan bahwa para petani akan memberontak dan menekan ke dalam daerah sekitar ibukota Chengdu sementara ia menyerang Wei di utara, Zhuge Liang memutuskan untuk menenangkan suku-suku selatan terlebih dahulu.

Pada musim semi 225, klan regional termasuk Yong, Gao, Zhu, dan Meng telah menguasai beberapa kota di selatan, sehingga Zhuge Liang memimpin pasukan ekspedisi untuk Nanzhong. Ma Su mengusulkan bahwa mereka harus berusaha untuk memenangkan hati Nanman dan menggalang dukungan mereka daripada menggunakan kekuatan militer untuk menundukkan mereka. Zhuge Liang memperhatikan saran Ma Su dan mengalahkan pemimpin pemberontak, Meng Huo, di tujuh kesempatan yang berbeda. Dia membebaskan Meng Huo setiap kali untuk benar-benar menaklukan Meng. Perhatikan bahwa cerita tentang Meng Huo dan penangkapannya ditolak sebagai referensi historis yang dapat diandalkan dan akurat oleh mayoritas akademik, termasuk sejarawan seperti Miao Yue, Tan Liangxiao, dan Zhang Hualan.

Menyadari ia tidak punya kesempatan untuk menang, Meng Huo berjanji setia kepada Shu, dan diangkat oleh Zhuge Liang sebagai gubernur wilayah untuk menjaga kedamaian rakyat dan mengamankan perbatasan selatan Shu. Hal ini akan memastikan bahwa masa depan akan Ekspedisi Utara melanjutkan tanpa gangguan internal. persediaan dan sumber daya berlimpah yang diperoleh dari Nanzhong digunakan untuk mendanai militer Shu dan negara tersebut menjadi lebih sejahtera.

Ekspedisi ke Utara dan kematian
Setelah menenangkan Nanman, Zhuge Liang Shu memerintahkan militer untuk membuat persiapan untuk melakukan serangan skala besar terhadap negara pesaing, Wei. Pada 227, sementara di Hanzhong, ia menulis sebuah memorial, berjudul Chu Shi Biao, kepada Liu Shan, menyatakan alasan nya untuk ekspedisie dan memberi nasihat kepada kaisar untuk menjaga pemerintahan yang baik. Dari 228 sampai kematiannya pada 234, Zhuge Liang meluncurkan total lima Ekspedisi ke Utara melawan Wei, semua kecuali satu yang gagal. Satu-satunya keuntungan permanen dengan Shu adalah penaklukan Wudhu dan prefektur Yinping, serta relokasi warga Wei untuk Shu pada beberapa kesempatan. Namun, dibalik kekalahannya tentara Zhuge Liang tidak pernah menderita korban lebih dari 5% dari kekuatan total. Dan sumber daya yang dialokasikan ke dalam militer mencukupi (dengan asumsi Shu puncaknya di 200.000 kekuatan militer.)

Selama Ekspedisi ke Utara yang pertama, Zhuge Liang membujuk Jiang Wei, seorang perwira muda militer Wei, untuk menyerah dan mengabdi kepadanya. Jiang Wei menjadi seorang jenderal terkemuka Shu kemudian dan mewarisi cita-cita Zhuge Liang. Pada akhir 234, Zhuge Liang dan Sima Yi (komandan Wei) menemui sebuah jalan buntu pada Pertempuran Wuzhang. Zhuge Liang jatuh sakit parah dan akhirnya meninggal di kamp pada usia 53. Sebelum kematiannya, Zhuge Liang merekomendasikan Jiang Wan dan Fei Yi untuk menggantikannya sebagai bupati Shu. Dia dimakamkan di Gunung Dingjun sesuai dengan keinginannya dan dianugerahi gelar anumerta "Loyal and Martial Marquis" (忠 武侯) oleh Liu Shan.

Itulah kisah dari Zhuge Liang.. Sang ahli peracik strategi yang menghabiskan hidupnya dengan tetap setia..
Semoga Postin saya kali ini dapat bermanfaat bagi anda sekalian :)
Read More

11 March 2015

NYATA!! Inilah Sejarah Dynasty Warriors.

Dynasty Warriors / 3 Kerajaan

Image result for dynasty warriors logo

Kali ini saya akan memposting tentang Sejarah dari Game yang keren dan Seru yaitu Dynasty Warriors.. Game tersebut adalah nyata karena diambil dari sejarah Cina yang lebih tepatnnya waktu "Tiga Kerajaan".
Zaman Tiga Kerajaan adalah sebuah zaman di penghujung Dinasti Han di mana Cina terpecah menjadi tiga negara yang saling bermusuhan.
Timeline :
192 - Dong Zhuo dieksekusi

200 - Pertempuran Guan Du

208 - Pertempuran Karang Merah

220 - Cao Pi menyatakan dirinya Kaisar dengan nama rezim Wei, dan menjatuhkan Han sepenuhnya

221 - Liu Bei naik tahta dan menamakan rezimnya Shu Han

229 - Sun Quan naik tahta dan menamakan rezimnya Wu

263 - Wei mengalahkan Shu Han

265 - Sima Yan merebut kekuasaan Wei dan mengganti gelar kerajaan menjadi Jin

280 - Jin mengalahkan Wu dan menguasai China

A. Kebangkitan Cao Cao

Negara mulai memasuki periode pertempuran antar tuan tanah.Sepeninggal Dong Zhuo, Yuan Shaomemegang kekuatan militer yang kuat di utara. Kekuatan lainnya, Cao Cao bertempur dengannya dan berhasil menang dengan gemilang di Guan Du dan menjadi penguasa dataran tengah ( ibu kota ) dan utara. Cao Cao pun mengangkat dirinya sebagai perdana menteri dan mengendalikan seluruh negeri.

B. Pertempuran Karang Merah

Cao Cao yang ingin segera menyatukan negeri, akhirnya mempersiapkan diri untuk menyerang daerah selatan yang dipimpin oleh Sun Quan. Sun Quan pun memutuskan untuk beraliansi dengan Liu Bei. Pada tahun 208, ketiga kekuatan beradu di Chi Bi ( Karang Merah ). Pasukan Cao Cao yang berjumlah 10 kali lipat melawan tentara Liu Bei dan Sun Quan di pertempuran air. Berkat taktik yang cerdik, yaitu menipu Cao Cao untuk mengikat kapalnya menjadi satu kesatuan, dan mengirim Huang Gai yang pura - pura berkhianat, Zhou Yu ( penasehat Sun Quan ) dan Zhuge Liang ( penasehat Liu Bei berhasil mengirim kapal dengan bahan peledak membakar seluruh kapal Cao Cao. Cao Cao pun lari kembali ke wilayahnya, sementara Liu Bei melaju ke barat dan memperluas wilayahnya.Sun Quan pun melakukan hal yang sama. Kerangka dasar 3 kerajaan telah lahir

C. Tiga Kerajaan

Tahun 220, Cao Cao wafat, dan anaknya Cao Pi merebut tahta dinasti Han dan membentuk dinasti baru dengan nama Wei dan Luoyang sebagai ibukota. Setahun kemudian, Liu Bei memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar di Chengdu. Tahun 229, Sun Quan mengangkat dirinya sebagai kasiar Wu di Jian Ye. Ketiga kekuatan terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan.

D. Akhir dari Shu

Setelah Liu Bei wafat, Liu Shan, anaknya yang tidak cakap naik tahta. Zhuge Liang, perdana menteri, mebaktikan seluruh hidupnya kepada negara dengan tidak henti - hentinya berekspedisi ke utara melawan Wei, meredakan pemberontakan, dan menjalin persahabatan kembali dengan Wu. Namun semua sia - sia karena dia wafat sebelum ekspedisi ke utara itu berhasil. Tanpa bimbingan dan pengawasan Zhuge Liang, Liu Shan pun menjadi larut dalam kesenangan dan tidak mempedulikan negara. Tahun 263, Wei menyerang, dan Liu Shan menyerah tanpa perlawanan. Shu pun berakhir

E. Kejatuhan Wei

Sima Yi dari Wei berasal dari keluarga pemikir dan ahli taktik yang terkenal. Dia memegang kekuasaan besar di Wei. Sepeninggal Cao Rui, Cao Fang naik tahta sebagai kaisar remaja. Cao Shuang dan Sima Yibertindak sebagai wakilnya. Tahun 249, Sima Yi melakukan kudeta dan membasmi Cao Shuang serta kelompoknya. Sejak saat ini, keluarga Sima memegang kekuasaan Wei, dan tahun 265, Sima Yan, cucu Sima Yi, mendesak kaisar terakhir Wei, Cao Huan untuk mundur, dan mengubah nama dinasti menjadi Jin.

F. Hancurnya Wu

Kaisar terakhir Wu, cucu dari Sun Quan, Sun Hao adalah penguasa yang kejam dan di bawah pemerintahannya, Wu merosot dengan cepat. Tahun 279, Sima Yan melancarkan serangan ke Wu, danSun Hao pun menyerah. Tiga kerajaan berakhir, dan China bersatu kembali di bawah bendera Jin.



Sekian lah yang dapat saya posting kali ini.. Jika teman-teman makin penasaran bisa memainkan game PS yang berjudul Dynasty Warriors. Yang terdiri dari DW1-8.. :)
Read More